Kewirausahawan Sosial
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara
wirausaha maka yang terpikir dalam benak semua orang adalah usaha apa yang akan
dijalankan, bagaimana mencari modal untuk membiayai
usaha yang akan dijalankan dan bagaimana prospek dengan usaha yang akan
dijalankan. Dalam wirausaha khususnya wirausaha sosial yang paling utama adalah membangun terlebih
dahulu mental atau jiwa wirausaha itu sendiri. Dalam wirausaha, pasti ada
pelakunya yang biasa disebut pengusaha ataupun wirausahawan. Wirausahawan harus
tau apa saja yang harus dilakukannya dan jika ingin jadi wirausahawan harus
mengetahui cara atau trik untukmenjadi wirausahawan. Maka dari itu kami disuruh
untuk membuat makalah ini dan mempelajarinya agar bisa menjadi wirausahawan
yang baik bagi pembuat maupun orang yang membacanya.
B. Rumuan Masalah
Masalah yang akan diuraikan dalam makalah ini adalalah tentang defenisi wirausahawan
sosial dan bagaimana cara atau trik agar bisa menjadi seorang wirausahawan
sosial.
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.
Agar pembaca bisa membedakan wirausahawan sosial dan mana yang bukan.
2.
Agar pembaca mengetahui cara atau trik
untuk manjadi seorang wirausahawan.
BAB II
PEMBAHASAN
WIRAUSAHAWAN SOSIAL
Wirausaha adalah
kajian bidang ekonomi, lebih khusus lagi berdagang. Pemaknaan wirausaha seperti
demikian tidak sepenuhnya salah, karena memang pada awalnya wirausaha lebih berkaitan
dengan ekonomi. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya wirausaha tidaklah
menjadi monopoli bidang ekonomi saja.
Setiap orang dapat menjadi wirausahawan, lebih khusus lagi wirausahawan sosial, karena mental atau jiwa wirausaha ini dapat
ditularkan dari satu orang ke orang lain.
Paulus Wrotomo
(2009) memberikan definisi yang membedakan antara wirausaha dengan wirausaha sosial. Wirausaha dalam konteks ekonomi oleh Paulus
Wirotomo (2009) didefinisikan sebagai innovator berjiwa bisnis yang akan
mematenkan hasil penemuan mereka untuk kepentingan mereka sendiri. Definisi ini
memperlihatkan bahwa kepentingan bisnis yang memfokuskan pada pencarian
keuntungan yang sangat menonjol. Oleh sebab itulah konteks wirausaha dalam
definisi ini lebih berkaitan dengan berdagang. Kesejahteraan atau kegunaan bagi
masyarakat luas bukanlah tujuan utama dari wirausahawan ini. Berbeda dengan
wirausaha sosial yang didefinisikan oleh Paulus Wirotomo
(2009) sebagai inovator sosial yaitu orang-orang yang melakukan terobosan, serta melakukan hal-hal yang bersifat baru yang kemudian ditujukan untuk
kesejahteraan bagi orang banyak. Dari definisi ini bukan berarti bahwa
keuntungan dan kesejahteraan individu innovator akan terabaikan. Individu
innovator akan mendapatkan keuntungan
baik materi maupun social dari kegiatan yang dilakukannya.
Berdasarkan pada
dua definisi yang diungkapkan oleh Paulus Wirotomo tersebut terlihat bahwa ada
dua perbedaan yang sangat mendasar. Pada definisi yang pertama terlihat bahwa
kecakapan individu menjadi hal yang utama, karena
hasil inovasi tidak untuk disebarkan untuk kesejahteraan orang lain. Sedangkan
definisi kedua selain memunculkan kecakapan individu juga harus tercakup
kecakapan sosial dimana inovasi yang dikemukakan
dapat dinikmati oleh orang lain. Kecakapan individu dan kecakapan sosial mutlak dimiliki oleh seorang wirausawan social.
Tidaklah mudah
untuk menjadi wirausahawan sosial, karena kita harus
mengenal potensi yang dimiliki oleh diri sendiri serta juaga harus mampu
menganalisis kebutuhan orang lain. Andrias Harefa (2001) merangkum bahwa
kecakapan yang perlu dimiliki oleh wirausahawan sosial itu adalah kecakapan individu dan kecakapan sosial. Kecakapan individu berhubungan dengan kemampuan
yang harus dimiiki oleh seseorang dalam melihat bakat, minat, dan potensi serta bagaimana mengelola
kemampuan tersebut. Sedangkan kecakapan sosial berkaitan dengan kemampuan untuk
berempati, menyadari kebutuhan dan kepentingan orang lain, kemampuan untuk
membangun suatu hubungan dan kemampuan mempertahankan suatu hubungan.
Unsur penting dari kecakapan individu meliputi
pertama kesadaran diri, kedua peraturan diri, dan
ketiga motivasi. Kesadaran diri berhubungan dengan kemampuan untuk memetakan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Kemampuan untuk mengenal emosi, kepercayaan diri dan adanya harga diri. Peraturan diri berkaitan dengan kemampuan untuk mengendalikan
dan mengatur hal-hal yang berasal dari diri, seperti
emosi. Loyalitas, tanggung
jawab serta, terbuka akan perubahan. Motivasi berhubungan dengan dorongan untuk
berprestasi, inisiatif, dan optimis.
Dari ketiga unsur kecakapan individu tersebut, unsur
kesadarandiri memegang peranan penting dalam wirausaha sosial. Kesadaran diri yang baik akan mendorong
unsur lain menuju kearah yang baik pula.
Demikian juga sebaliknya jika kesadaran diri rendah kemungkinan pengaturan diri
dan motivasi pun akan rendah.
Sedangkan unsur dari kecerdasan sosial
meliputi pertama empati, dan kedua keterampilan
sosial. Empati menyangkut kemampuan yang
dimiliki oleh seorang individu dalam memahami orang lain, berdiri dalam perspektif
orang lain. Kemampuan empati ini berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali dan
memenuhi kebutuhan orang lain. Sedangkan keterampilan sosial lebih berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam
berkomunikasi. Kemampuan sosial ini menjadi penting
karena orang lain harus diyakinkan bahwa barang atau jasa yang kita jual
dibutuhkan oleh yang bersangkutan atau juga program yang ditawarkan telah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kecakapan individu jika tidak ditunjang
oleh kecakapan sosial maka inovasi yang dikembangkan tidak
akan bermanfaat bagi orang lain, sebaliknya jika
kecakapan sosial tidak ditunjang dengan keckapan
individu hanya omong kosong belaka. Akan tetapi jika telah lebih mendalam, ternyata kecakapan individu merupakan faktor yang sangat penting dalam wirausaha sosial.
Berikut ini
beberapa trik yang dapat digunakan sebagai landasan untuk menjadi seorang
wirausaahawan:
1.
Mulai
dengan Mimpi
Mimpi adalah
sesuatu yang setiap orang pasti mengalaminya. Mimpi bagi seorang wirausahawan akan memunculkan daya kreasi
dan inovasi. Dengan bermimpi tidak kan dikenal kata “tidak bisa” atau “tidak
mungkin”. setelah mempunyai impian kemudian mencari orang-orang yang mempunyai mimpi yang sama untuk
mengembangkan usaha. Orang-orang yang mempunyai
mimpi yang sama pada umumnya adalah sahabat atau anggota keluarga. Kelemahan
dalam mengadakan kerja sama dengan sahabat atau anggota keluarga adalah
profesionalitas. Jika profesionalitas digunakan kemungkinan terjadi perpecahan
dalam persahabatan dan kekeluargaan akan tinggi. Kesulitannya akan semakin terbatasnya
mimpi-mimpi yang dapat dijadikan ajang kreasi
dan inovasi
2.
Mencintai
Produk atau Jasa yang Telah Dihasilkan
Mencintai produk
dan jasa yang telah dihasilkan, menunjukkan rasa percaya diri. Percaya diri
inilah yang akan menumbuhkan keuletan. Mencintai produk dan jasa yang telah
dihasilkan akan membuat orang yang akan menggunakan produk dan jasa menjadi
yakin untuk memakai produk atau jasa yang ditawarkan. Selain itu juga mencintai
produk atau jasa akan mendorong seseorang untuk menciptakan kreasi dan inovasi
baru.
3.
Berani Mengambil Resiko dan Tidak Takut Gagal
Sebelum
mengambil resiko ada hal-hal yang perlu
diperhitungkan, agar resiko yang diambil merupakan resiko yang paling minimal menimbulkan
kerugian. Berani mengambil resiko dengan
segala perhitungannya dan tidak takut gagal merupakan kunci dasar untuk
mencapai keberhasilan, karena akan semakin sedikit kompetitor yang dihadapi. Kegagalan merupakan obat
kuat bagi seorang wirausahawan yang akan mempertajam kemampuannya.
4.
Kerja
Keras
Kerja keras
merupakan awal bagi semua wirusahawan sukses. Seorang wirausahawan tidak pernah
bekerja dibatasi oleh waktu, karena waktu luang yang tidak digunakan akan
membuat mereka merasa tidak produktif.
5.
Berpikir
Multy-tasking
Kemampuan
berpikir multy-tasking ini yang membedakan seorang biasa dengan wirausahawan.
Kemampuan berpikir ini menjadikan seorang wirausahawan mampu menangani berbagai
persoalan dari berbagai perspektif pada waktu yang bersamaan. Semakin tinggi
kemampuan seorang dalam multy-tasking, akan semakin besar pula kemampuan
mengolah peluang yang ada menjadi sesuatu yang produktif.
6.
Mampu
Menahan Nafsu Cepat Sukses
Mencapai
kesuksesan memerlukan waktu dan proses. Sangat jarang kesuksesan yang langgeng
dicapai dengan jalan pintas. Membangun sebuah usaha
yang kokoh dan mapan memerlukan waktu bertahun-tahun
bahkan bisa jadi puluhan tahun. Demikian juga dengan proses untuk menjadi
wirausahawan sukses perlu perjuangan dan kerja keras. Perlu kesabaran dan
pantang menyerah untuk mencapai kesuksesan. Kegagalan merupakan awal untuk
meraih kesuksesan.
7.
Lakukan
Mulai Sekarang
Tirk inilah yang
harus menjadi perhatian, karena semakin banyak waktu yang digunakan untuk
proses mempertimbangkan usaha, semakin
kecil kesuksesan akan digapai. Jika dirasakan sudah siap lakukanlah, jangan
ditunda-tunda, karena
kompetitor tidak akan menunggu sampai kita siap. Terlambat sedikit
peluang akan hilang. Berpikirlah bahwa hari ini adalah milik kita sedangkan
hari esok bukan milik kita.
BAB III
KESIMPULAN
Setiap manusia
tentulah mempunyai impian dan cita-cita.
Impian-impian dan cita-cita dapat mendorong manusia menjadi kreatif.
Kreatifitas inilah yang mendorong manusia untuk terus bekerja menghasilkan
“sesuatu”. Kemudian manusia sebagai makhluk sosial tentulah mempunyai keinginan
untuk membicarakan “sesuatu” hasil kerja kerasnya kepada orang lain.
Kreatifitas yang muncul juga pada umumnya karena seseorang berhubungan dengan
orang lain,sehingga dapat menangkap “masalah” yang perlu pemecahan. Keberanian
dalam berkreasi berdasarkan “masalah” yang ada dan mengkomunikasikannya dengan
orang lain lah yang menjadi dasar dari munculnya jiwa wirausaha sosial.
Wirausahawan khususnya wirausahawan sosial di Indonesia sangat kurang. Di Indonesia hanya
ada 0,2% wirausahawan dari seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berhubungan
dengan masalah besar yang dihadapiorang dalam memulai wirausaha yaitu rasa
takut dan kurang percaya diri. Rasa takut dan kurang percaya diri inilah momok
yang menghambat orang berkreasi. Macetnya kreasi seseorang menjadikan orang
tersebut tidak akan jadi wirausahawan. Rasa takut dan kurang percaya diri ini
lebih banyak disebabkan oleh faktor budaya dan lingkungan tempat individu tinggal. Budaya
cari aman dan pengalaman, baik diri sendiri
maupun orang lain, yang mengalami kegagalan dalam wirausaha mendorong
menguatnya rasa takut dan tidak percaya diri. Kegagalan bukanlah sesuatu yang
perlu ditakutkan karena semua orang mengalaminya. Kegagalan menjadi hal yang
positif karena akan menambah pengalaman, sehingga membuat seseorang akan
bekerja lebih baik lagi. Jadi kegagalan janganlah menjadi pemicu munculnya rasa
tidak percya diri.
Comments
Post a Comment