Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik "Usia 1 sampai 4 Tahun


1.      Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
a.      Usia 1 Tahun
Seorang anak tidak memiliki rasa takut pada siapapun. Karena pada usia tahun pertama seorang anak memerlukan cinta kasih yang lebih, selalu taat aturan, dan selalu mengantungkan segalanya kepada orang lain dan selalu menangis ketika mendapat gangguan dan merespon ketika diajak bermain.
b.      Usia 2 Tahun
Anak mulai mencari tahu apa yang ada di sekitarnya. Memiliki rasa ingin tahu tinggi. Mulai menirukan prilaku orang disekitarnya.
c.       Masa Peralihan
Pada masa peralihan 2 ke 3 adalah masa sulit. Karena pada masa ini anak ingin mencoba kemampuannya serta mulai mengambil pelajaran dari percobaan dan kesalahan yang terjadi. Anak mulai merusak dengan sengaja atau tidak. Cenderung melawan perintah orang tua. Sering membangkang dan berkata “tidak”, dan sering marah bila diganggu. Tetapi kita tidak boleh menghalangi emosinya dan membiarkan anak melampiaskan gejolak emosinya. Pada tahun ke-3 anak lebih tenang dari masa sebelumnya. Anak dapat lebih memahami dan bekerja sama.
d.      Usia 4 tahun
Anak semakin aktif dan berusaha mencari tahu tentang segala yang ada disekitarnya, juga tentang dirinya. Mulai bertanya tentang segala sesuatu. Pada masa ini anak menjadi lancang berbicara, terkadang mengejek orang lain bahkan keluarga dekat.
Menurut Nashari, anak usia 1-4 adalah masa-masa eksplorasi; dengan eksplorasi yang dilakukan anak dapat memperoleh pengetahuan yang bersifat indrawi (konkret) selanjutnya menyimpannya dalam pikiran. Oleh karena itu, kesan anak terhadap benda-benda konkret biasanya sangat kuat. Selain itu, pada masa ini anak juga sudah dapat dilatih mendisiplinkan diri dengan mengajarkan konsekuensi alami dan logis dari perbuatannya. Awal dua tahun pertama merupakan periode sensorimotor, pada tahap ini anak belajar untuk meningkatkan kemampuan pengindraan dan motoriknya untuk melatih kemampuan berpikir kelak.

2.      Perkembangan Kepribadian dan Perkembangan Sosial
a.      Perkembangan Sosial
Anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan individu di luar lingkungan rumah, terutama bergaul dengan teman sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Studi tentang kelompok anak melaporkan bahwa sikap dan perilaku sosial yang terbentuk pada usia dini ini umumnya menetap dan hanya mengalami perubahan sedikit.
b.      Perkembangan Kepribadian
Setiap anak masing-masing memiliki kepribadian yang unik yang berasal dari faktor genetik atau bisa juga dari faktor lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam hal kecerdasan anak, sedangkan faktor lingkungan bisa dalam hal gaya belajar anak.

3.      Teori Diferensiasi, Teori Paralel dan Egosentrisme
a.      Teori Diferensiasi
Pendapat Bowlby anak mencari kontak sosial serta kehangatan dan kasih sayang. Anak mempunyai pilihan terhadap: ibu, ayah, atau anggota keluarga lain. Ketergantungan menjadi kecenderungan umum untuk mencari kontak sosial lepas dari identitas orangnya.
Menurut Bowlby ibu dipandang sebagai figure sentral anak. Kasih sayang ibu adalah essensial untuk perkembangan psikis yang sehat.
Menurut Rutter ibu tidak selalu menjadi objek kelekatan. Diferensiasi anak dianggap relatif punya kelekatan dengan ibu sampai ±6 tahun, kemudian mengadakan ikatan dengan orang dewasa lain.
Bowlby mengemukakan sesudah 3 tahun anak merasa aman dalam situasi asing bersama objek lekat pengganti yang dikenal anak, saat dalam kondisi sehat, dan tahu posisi ibunya serta mudah mencari kontak dengannya.

b.      Teori Paralel
Maccoby, Masters, dan Hartup berpendapat sesudah umur 1 tahun anak menunjukkan tingkah laku lekat terhadap orang dewasa maupun anak sebaya lain. Observasi keadaan Indonesia menunjukkan bayi mengalami pola asuh yang tergantung pada situasinya. Contoh hal ini dapat dikemukakan antara lain:
Ø  Hubungan fungsional antara anak dalam permainan mempunyai sifat yang berbeda hubungannya dengan orang dewasa. Dalam bermain dengan teman terlihat tingkah laku koperatif berubah menjadi tingkah laku agresif. Perubahan emosional ini dapat diketemukan suatu keseimbangan yang baik, tidak terjadi dalam hubungannya dengan orang dewasa.
Ø  Harlow meneliti kera Rhesus dalam isolasi. Usia 6 bulan ada pertengkaran dan tingkah laku agresif sementara yang menghilang dalam beberapa waktu dan nampak lagi. Umur 1,5 tahun, keagresifan menunjukkan keinginan menyakiti dan merugikan makhluk lain yang bersifat permanen. Keagresifan pada sejumlah kera dalam isolasi tidak nampak pada kera yang berkelompok.
Tingkah laku koperatif, altruistis dan agresif dipengaruhi oleh role taking dan egosentrisme. Makin berkembang ambil alih peran makin kecil egosentrisme dan sebaliknya. Hal itu tetap ada sepanjang hidup tetapi bersifat saling menghambat.
c.       Egosentrisme
Pemusatan diri sendiri dan proses dasar tingkah laku anak; pengamatan anak ditentukan oleh pandangan sendiri;belum berorientasi mengenai pemisahan subjek-objek. Perasaan dan pandangan terpusat pada diri sendiri. Egoisme menunjukkan ketamakan. Berikut ini merupakan macam bentuk egosentrisme:
Ø  Egosentrisme dalam stadium sensomotorik (0-18)
Ketidakmampuan berdiferensiasi antara diri sendiri dan dunia luar. Diferensiasi berkembang selama 18 bulan. Menurut Piaget dan Inhelder 18 bulan pertama perubahan kearah desentrasi umum, anak merupakan objek dalam hubungan dengan objek lain.
Ø  Egosentrisme dalam stadium pra-operasional (±18 bulan - ±tahun ke 6)
Kemampuan anak bekerja dengan tanggapan. Mulai memakai simbol dan kata. Ia tidak dapat membedakan antara simbol dan artinya, antara permainan dan bayangan impian yang dibuat sendiri dengan kenyataan. Sering dibedakan antara socialized speech dan private speech yaitu tidak ada nilai komunikatif nya; anak bicara sendiri. Tidak ada anak normal dalam periode perkembangan yang menggunakan bahasa hanya untuk komunikasi dengan dirinya sendiri saja”. Mueller menunjukkan umur 3 tahun tidak terdapat egosentrisme dalam penggunaan bahasa,bahasa selalu mempunyai nilai komunikatif.

4.      Perkembangan Bahasa
a.      Anak usia 1-2 tahun, dalam hal bahasa:
1.      Kosakata belum banyak berkembang (20-200), (perlu diajak berbicara meski belum bisa menanggapi dengan baik, diperdengarkan nyanyian, dibacakan cerita).
2.      Kalimat sederhana (1- 2 kata), diberi kesempatan berbicara, bertanya, bercerita, dirangsang dengan pertanyaan agar anak meneruskan ide bicaranya.
3.      Masih sulit mengambil “giliran bicara” (diam/omong terus, kurang memperhatikan) diajak berbicara dalam kelompok dengan anak lain.
4.      Masih sulit menggunakan kata ganti: aku, kamu, dia.
5.      Masih belum sempurna dalam pelafalan.
6.      Masih sulit menyampaikan pikiran dan perasaan.
b.      Anak usia 3-4 tahun, dalam hal bahasa:
1.      Kosakata cepat berkembang (2000-6000 kata).
2.      Suka bertanya.
3.      Suka lagu yang sederhana.
4.      Masih bingung makna kata yang objeknya berubah: atas-bawah, kanan - kiri, aku - kamu, besar - kecil.
5.      Suka bercerita tentang diri & suka mendengarkan dongeng.
6.      Dapat menyampaikan emosi melalui gerak dan wajah.
7.      Suka berbicara dengan kata-kata yang baru.
8.      Dapat menceritakan ulang 4-5 kalimat dalam cerita.
9.      Suka menggunakan kalimat, “ya, kan?”.
10.  Suka bermain pura-pura.
11.  Pada usia 4 tahun, kalimat telah panjang, lebih dari 2 klausa/subkalimat.

Comments

Popular posts from this blog

Filsafat Pendidikan Matematika Menurut Paul Ernest

Rendahnya Relevansi Pendidikan

CARA MENYUSUN MACAM-MACAM TES URAIAN, KELEBIHAN, DAN KEKURANGAN TES URAIAN